Sampaikanlah walau satu ayat Al-Qur'an Online

Minggu, 05 April 2009

PKS Gigit Jari Karena Hidayat Tersingkir?


INILAH.COM, Jakarta - PKS boleh saja berambisi menyorongkan Hidayat Nur Wahid sebagai calon pendamping capres incumbent, SBY. Namun, survey politik membuktikan pasangan ini tak begitu diinginkan pemilih. Akankah upaya PKS membangun duet SBY-Hidayat Nur Wahid kandas di tengah jalan?

Langkah PKS merapat dalam koalisi ‘Golden Bridge’ yang digagas Partai Demokrat tampaknya tak bakal membuahkan hasil maksimal. Mimpi partai dakwah itu menyandingkan Hidayat sebagai cawapres bagi SBY pun mulai terancam, karena pasar politik tak menghendaki duet ini.


Setidaknya survei Lembaga Riset Informasi (LRI) dalam survei yang dilakukan pada 27 Maret hingga 1 April lalu menunjukkan pasangan SBY-HNW kalah seksi dengan duet SBY JK. LRI menyebutkan duet SBY-JK masih diminati mayoritas responden dengan dukungan 44, 24%. Sedangkan pasangan SBY-HNW hanya meraih 33,64%.

Padahal upaya PKS untuk menduetkan Hidayat untuk SBY bukan main-main. Sebagaimana informasi dari sumber INILAH.COM, karena persoalan itulah di internal majelis syura PKS terjadi perbedaan pendapat perihal rencana tayangan iklan di televis komersial.

“Hilmi Aminduin ngotot dengan tagline ‘PKS partaiku, SBY presiden pilihanku’. Namun Hidayat Nur Wahid kurang sreg dengan ide itu,” ujar sumber yang dekat dengan lingkaran Ketua Majelis Syura PKS, Hilmi Aminudin itu.

Kendati demikian, ketika dikonfirmasi ke sejumlah petinggi PKS, iklan politik versi ‘PKS Partaiku, SBY Presiden Pilihanku’ sama sekali tak pernah diperdebatkan, karena memang tidak pernah membahas hal tersebut.

Namun, setidaknya di beberapa titik kampanye, Presiden PKS Tifatul Sembiring hampir tak pernah absen untuk menanyakan arah koalisi PKS apakah dengan PDIP, Partai Golkar dan Partai Demokrat, kader PKS mayoritas menjawab koalisi dengan Partai Demokrat dan SBY. Tak sekadar itu, di sejumlah daerah, spanduk dukungan kader PKS terhadap SBY juga marak, seperti di wilayah Bekasi, Jawa Barat.

Dalam survei LRI tersebut juga terungkap pasangan SBY-JK 44,25%, SBY-Hidayat Nur Wahid 33,64%, SBY- Sultan 33,16%, Mega-Sultan 27,15%, Mega-Wiranto 18,88%, Mega-Hidayat Nur Wahid 16,55%, JK-Sultan 20,47%, JK-Hidayat Nur Wahid 19,12%, dan JK-Sutiyoso 12,92%.

Merespons hasil survei LRI, Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq tak secara tegas mengomentari hasil survei tersebut. Justru Mahfudz menegaskan, untuk memperkuat sistem presidensiil, sebaiknya wakil presiden mendatang mencari figur cawapres dari perorangan, bukan dari partai. “Termasuk SBY, sebaiknya cari pasangan perseorangan, bukan dari partai,” katanya kepada INILAH.COM, Sabtu (4/4) di Jakarta.

Dengan langkah ini, sambung Mahfudz yang juga Ketua FPKS DPR RI ini menegaskan, presiden maupun wakil presiden akan memiliki garis politik yang sama. “Sedangkan partai politik koalisi sharing dalam kabinet, dengan catatan tidak rangkap jabatan sebagai ketua umum partai,” jelasnya.

Bagaimana dengan wacana menyandingkan Hidayat Nur Wahid sebagai cawapres SBY? Mahfudz justru menjawab Hidayat adalah salah satu capres dari PKS. “Hidayat Nur Wahid memang salah satu capres PKS,” katanya.

Ikhtiar PKS untuk menyandingkan Hidayat Nur Wahid dengan SBY memang mengundang reaksi beragam. Apalagi, wacana itu diikuti dengan langkah politik dengan membawa nama SBY dalam event politik PKS, seperti kampanye. Kondisi ini bisa saja bukan malah mendekatkan PKS dengan Demokrat, tapi sebaliknya koalisi itu jauh panggan dari api. [P1]
sumber:
http://inilah.com/berita/pemilu-2009/2009/04/05/96171/hidayat-tersingkir-pks-gigit-jari/

Tidak ada komentar: