Prof.DR.H.M. Amien Rais, MA - Sang mantan Ketua Umum PAN juga selaku Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN, sekaligus mantan Ketua MPR-RI, akhirnya melangkahkan kaki menuju bursa Calon Presiden Indonesia pada Pemilu 2009 mendatang.
Hal itu terungkap tatkala Sabtu (27/12/2008) Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional (DPW PAN) Propinsi Jogjakarta secara resmi telah menetapkan nama beliau sebagai Presiden RI melalui Pemilu yang akan datang. Sesungguhnya, pencalonan kembali pak Amien Rais sebagai Presiden RI oleh DPW PAN Yogyakarta, tentu memiliki alasan tersendiri yang patut kita dihormati.
Pakar politik Universitas Indonesia, Hasanuddin, di Jakarta, Sabtu (27/12), berpendapat, pencalonan kembali Prof Dr Amien Rais oleh PAN, membuktikan regenerasi di partai itu mandeg.
"Itu yang pertama. Tetapi yang kedua, keadaan ini membuktikan bahwa PAN memang tidak memiliki stock calon pemimpin," kata jebolan Program Studi Ilmu Politik Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) yang juga mantan Ketua Umum PB HMI periode 2003-2005 ini.
Mengukur Tingkat Pengaruh
Bagi Hasanuddin, siapa pun warga negara Republik Indonesia yang memenuhi ketentuan perundang-undangan, tentu berhak untuk dicalonkan oleh partai politik (Parpol) menjadi Presiden atau Wakil Presiden RI.
"Makanya, pencalonan kembali pak Amien Rais itu, patut dihormati pula. Tetapi seperti yang saya katakan sebelumnya, pencalonan tersebut bisa saja mengundang tanggapan, bahwa seolah-olah PAN tidak memiliki stok calon pemimpin, atau regenerasi mandek," tandasnya lagi.
Lebih dari itu, menurutnya, hal ini merupakan bentuk dari cara pandang politik Amien Rais, terutama terhadap kepemimpinan Soetrisno Bachir yang sekarang menjabat selaku Ketua Umum DPP PAN.
"Bisa saja kan dengan tindakan itu (pencalonan Amien Rais), terkait oleh sikap yang memandang Soetrisno Bachir tidak sukses memimpin PAN, sehingga Pak Amien Rais harus turun gunung seperti yang kerap kali beliau utarakan," ujarnya.
Hal lain, menurut Hasanuddin, deklarasi oleh DPW PAN Yogya ini, bisa saja merupakan upaya Amien RAis untuk mengukur tingkat pengaruhnya saat ini, terutama di tubuh internal partai tersebut.
"Meski saya kira, Ketua Umum DPP PAN sekarang, Soetrisno Bachir, tidak akan keberatan bila memang mayoritas DPW PAN kembali mencalonkan Pak Amien Rais untuk menjadi calon presiden (Capres) PAN," katanya.
Namun, tambah Hasanuddin, faktor elektibilitas yang rendah dari Amien Rais berdasarkan hasil berbagai lembaga survey serta kemungkinan rendahnya perolehan suara PAN pada Pemilu Legislatif (Pileg), bisa menjadi tantangan tersendiri bagi elit PAN untuk meyakinkan partai lain, agar dapat memenuhi ketentuan persyaratan dalam pencalonan presiden. (kpl/bee)
Lain halnya dengan tanggapan yang dilontarkan oleh pakar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Dr Affan Sulaeman di Bandung, Sabtu (27/12).
"Pencalonan Amien Rais sebagai tanggung jawabnya kepada bangsa dan negara, itu sah-sah saja. Bahkan positif untuk memacu kandidat lainnya menjelang pilpres nanti," katanya.
Menurut dia, sebagai politisi senior, Amien Rais tahu persis harus turun atau tidak pada pilpres mendatang.
Apabila benar-benar maju pada pilpres nanti, mantan Ketua MPR RI ini dipastikan punya alasan yang kuat.
Affan menilai, seperti kandidat lainnya yang sudah melakukan sosialisasi, sosok Amien Rais memenuhi kriteria untuk maju menjadi calon orang nomor satu di Indonesia pada pemilu 2009.
Terlepas dari kegagalannya pada pilpres 2004, kata Affan sosok Amien Rais menjadi salah satu sosok politisi yang masih diperhitungkan.
"Terlepas dari partai mana ia akan maju, serahkan saja pada mekanisme yang ada. Masyarakat yang akan menentukan siapa pemimpin pilihan mereka," katanya.
Terkait munculnya beberapa figur calon presiden yang lekat dengan Partai Amanat Nasional (PAN) seperti Din Syamsudin (Ketua PP Muhammadiyah) dan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir, menurut Affan tidak menjadi masalah, karena sebagai partai mapan PAN akan bisa mengambil langkah terbaiknya.
Setiap partai maupun organisasi, kata dia memiliki kader terbaiknya termasuk Soetrisno Bachir, Din Syamsudin dan Amien Rais di PAN.
"Proses menuju pilpres masih panjang, wajar bila ada sosok muncul. Di tingkat partai semuanya masih bisa dibicarakan, namun dalam pilpres mendatang masyarakat yang menentukan," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, calon mutlak harus punya pangsa pasar di masyarakat yang sebagian besar pemilih mengambang.
"Ingat, pemilih tak semuanya kader partai. Keunggulan akan lebih banyak ditentukan oleh pemilih mengambang," katanya.
(sumber:http://www.kapanlagi.com/h/0000268527.html & 0000268529.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar