Sampaikanlah walau satu ayat Al-Qur'an Online

Kamis, 15 Mei 2008

BLT ( Bantuan Langsung Tekor ) Plus

Menarik,
Sekali lagi komentar segar yang dilontarkan H.M. Amien Rais sebagai guru bangsa dalam memberikan opininya terhadap rencana pemerintah untuk memberikan BLT Plus yang mendahului rencana kenaikan BBM.

Menanggapi apa yang telah dikemukakan oleh guru bangsa tersebut, memang harus kita akui bahwa program BLT adalah program gagal dalam memberikan solusi bagi keluarga miskin di Indonesia. Disana sini banyak terdengar nada sumbang dari rakyat miskin yang seharusnya memperoleh namun justru cuma gigit jari.

Bukan ironi,
Dari fihak BPS sendiri jelas-jelas mengatakan mereka hanya memiliki data lama tahun 2005 karena keterbatasan waktu untuk pemutakhiran data keluarga miskin.
Dilain pihak, PT. Pos & Giro mengklaim telah menyelesaikan kartu keluarga miskin.
Patut dipertanyakan, sampai dimana keakuratan data yang dipergunakan fihak PT. Pos?

Apakah selama 3 tahun terakhir, pemerintah yakin jumlah keluarga miskin terkurangi?
Khusus di kabupaten Klaten, dengan musibah gempa bumi lalu - benarkah roda perekonomian rakyat telah betul-betul pulih?
Lapangan pekerjaan yang dijanjikan pasangan Sunarno, SE & Samiaji saat kampanye bupati tahun lalu nyatanya NOL BESAR.

Mari kita pandang segala sesuatunya dengan realistis
Apa dan bagaimana kriteria keluarga miskin penerima BLT Plus?
Lantas atas dasar dan kriteria bagaimana, pemerintah juga memberikan raskin bagi PNS?
Mereka jelas sama dalam hal menderita
pula jelas berbeda dalam hal fasilitas negara
Bukan iri namun tolong jelaskan ke rakyat

Jangan bikin rakyat bingung
Jangan buat rakyat makin melarat
Berikan yang terbaik untuk rakyat
dari rakyat kembalikan ke rakyat

Jangan coba tipu rakyat
yang lantas menganggap bahwa BLT berasal dari pemerintah ( SBY & JK ?)
disaat menjelang Pemilu
negara berdiri karena rakyat
ingat.......................

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Jangan paksakan program BLT di Kab. Klaten karena untuk program RR & JRF saja rakyat kebanyakan dibebani oleh pungutan-pungutan liar yang pada akhirnya para korban yang benar-benar merupakan korban malah semakin berkorban demi menurunkan bantuan tersebut.