Sampaikanlah walau satu ayat Al-Qur'an Online

Minggu, 23 November 2008

PKS dan Gerindra Cerdas




Hampir enam bulan lagi, pemilu legislatif digelar di tanah air. Semua partai politik peserta pemilu berlomba-lomba berkampanye untuk mendapatkan simpati masyarakat.


Ada yang menyebar kaos-kaos partai, pemasangan atribut partai seperti bendera, spanduk dan lainnya serta pemasangan baliho-baliho di jalan-jalan. Dan yang kini menjadi trend adalah iklan politik di berbagai media massa baik cetak dan elektronik.

Semua jalur digunakan parpol untuk publikasi memerlukan dana yang sangat besar. Sebut saja iklan politik di televisi, setiap partai politik bisa merogoh kocek hingga miliaran rupiah. Meski dana yang telah digelontorkan partai politik mencapai miliaran rupiah, namun tidak menjamin konstituen akan menentukan pilihannya pada partai-partai tersebut.

Mengapa? masyarakat semakin cerdas bahwa kini mereka tidak bisa dibodohi dengan berbagai penampilan partai. Rakyat butuh perubahan dan janji-janji yang ditepati.

Ironis jika sebuah partai tidak mendapatkan simpati apapun meski telah menguras kantong mereka. Bisa jadi parpol tidak pandai memainkan isu-isu di masyarakat, sehingga apa yang mereka sajikan bakal lenyap ditelan bumi. Meski partai besar sekali pun, jika yang ditampilkan hanya isu-isu normatif, maka hanya akan menjadi angin lalu belaka.

Dalam beberapa waktu terakhir, ada beberapa partai politik yang dengan cerdas memainkan isu. Sebut saja Partai Gerindra, di tengah-tengah masyarakat menderita akibat kenaikan berbagai macam kebutuhan hidup, partai yang dimotori oleh Prabowo ini melalui iklan politiknya mengajak masyarakat untuk membeli produk dalam negeri. Sebuah ajakan nasionalis yang cukup efektif, karena dengan membeli produk dalam negeri tentunya akan meningkatkan derajat hidup para petani. Meski mengeluarkan banyak dana untuk iklan politik, namun partai ini disebut-sebut sukses menarik perhatian sebagian masayarakat.

Yang tak kalah menarik adalah penggodokan 10 kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai calon presiden. Begitu 10 nama-nama kader PKS ini diumumkan, muncul banyak pro dan kontra di masyarakat yang memandang positif dan negatif pencalonan 10 kader PKS ini.

Bahkan dalam beberapa hari, pencalonan PKS ini menjadi buah bibir media massa dan menjadi santapan politik bagi para politisi dan pengamat-pengamat politik. Dengan mencalonkan kadernya sendiri, tentunya akan membuat partai ini akan semakin solid.

Dan, tentu ada harapan di internal partai bahwa dengan pencalonan dari dalam, akan memunculkan semacam karir politik di dalam partai.

Langkah PKS ini bisa dibilang cerdas karena dimunculkan ditengah-tengah partai-partai lain yang mengusung artis-artis ataupun figur-figur terkenal untuk menarik simpati pada partai tertentu. Munculnya artis, disebut-sebut mematikan karir politik bagi kader-kader partai, karena artis dianggap 'tidak berkeringat' dibanding kader-kader yang berjuang dari bawah.

Selain pencalonan internal, dalam memperingati hari pahlawan 10 November, PKS juga mengusung iklan dengan menampilkan figur-figur pahlawan yang akhirnya menimbulkan kontroversi. Sebut saja Muhammadiyah yang menuding PKS tidak elegan karena menampikan KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah.

Selain itu, munculnya HM Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa, mendapat perhatian masyarakat. Pro dan kontra terus mengalir dari pihak-pihak yang merasa diuntungkan dan dirugikan semasa pemerintahan Soeharto.

Banyak pihak dan pengamat menyebutkan, dengan menampilkan sosok Soeharto dalam iklan tersebut, akan mendongkrak suara PKS dengan mengambil hati pihak-pihak yang selama ini pro Soeharto dan kembali dalam romantisme masa Soeharto. Namun dilain pihak PKS beranggapan dengan sosok Soeharto diharapkan muncul rekonsiliasi bahwa disamping kesalahan-kesalahannya selama ini, masih banyak sisi-sisi positif yang bisa diteladani dari Soeharto.

Terlepas munculnya pro dan kontra serta pemberitaan di media massa yang tanpa henti, menunjukkan partai-partai tersebut cukup pintar mengangkat isu-isu tertentu. Apa yang didapat? Tentu popularitas. Tanpa mengeluarkan banyak biaya untuk promosi di media massa, PKS mampu masuk dalam pemberitaan-pemberitaan media massa hampir sepanjang hari tanpa biaya apapun.

Hal-hal semacam inilah yang patut dicontoh oleh partai-partai lain agar cerdas dalam memainkan isu-isu untuk mendapat simpati masyarakat. Tapi selain hanya isu-isu, yang ditunggu oleh masyarakat adalah manfaat yang kongkrit dari partai-partai poltik peserta pemilu ini. Jangan hanya memanfaatkan suara rakyat, tapi juga bersuara untuk rakyat dan memperjuangkan suara rakyat. [inilah.com, Atur Toto Sulistyanto, atur@swara.tv]

Tidak ada komentar: