Sampaikanlah walau satu ayat Al-Qur'an Online

Jumat, 28 November 2008

Minyak Tanah, Ngumpet dimana dikau?

Tak terasa, kebijakan pemerintah melalui program konversi gas di wilayah kecamatan Pedan, Klaten telah dilaksanakan dengan sukses. Seluruh Kepala Keluarga yang berdomisili di wilayah ini telah rata memperoleh 1 set kompor beserta tabung gas. Yang menjadi permasalahan kini adalah kemana larinya sebagian besar kuota minyak tanah untuk kecamatan Pedan? Rumor yang beredar bahkan lebih mengerikan lagi - minyak tanah sudah tidak tersedia di pasaran. Padahal hampir sebagian besar masyarakat di kecamatan ini belum berani mempergunakan peralatan masak tersebut dikarenakan faktor keamanan peralatan tersebut yang teramat minim.


Oleh karena itu, masih banyak anggota masyarakat tetap mempertahankan tradisi memasak dengan menggunakan minyak tanah. Sementara, dropping bahan bakar tersebut untuk daerah ini relatif minim bahkan tak jarang terjadi pengurangan pasokan di level pangkalan. "Sudah dikurangi pasokannya ditambah interval pengirimannya yang diperpanjang semakin memperparah kehidupan masyarakat" ungkap seorang warga setempat.

Bahkan tak jarang, harga minyak tanah dapat menembus kisaran Rp.5000 s/d Rp.6000/ lt di beberapa tempat. Padahal tempat itu merupakan pangkalan minyak tanah. Dilain tempat, terdapat pangkalan yang justru pasokannya tetap kontinyu per minggu bahkan tidak mengalami pengurangan pasokan.

Menurut keterangan salah satu agen di Klaten, mulai awal tahun 2009 - minyak tanah sudah tidak dipasarkan lagi. Lantas dengan apa masyarakat menengah ke bawah mengepulkan dapurnya? karena harga gas teramat tinggi, karena minyak tanah telah pergi!. Pertanyaannya adalah, kemana minyak tanah bagi masyarakat umum perginya? bukankah Indonesia merupakan negara produksi minyak bumi, dimana dalam proses produksinya akan menghasilkan residu jenis minyak tanah?.

Tidak ada komentar: