Sampaikanlah walau satu ayat Al-Qur'an Online

Kamis, 13 November 2008

Loyalis Senang Soeharto Diakui PKS

Iklan PKS yang menyebut Soeharto sebagai guru bangsa dan pahlawan disambut gembira oleh loyalis penguasa Orde Baru itu. Mereka menilai iklan tersebut membuktikan kesadaran baru bahwa banyak program dan hasil-hasil pembangunan yang dihasilkan Soeharto selama masa kepemimpinannya.

"Jangan menyoroti sisi negatif saja, karena banyak juga program dan hasil pembangunan yang positif. Semua harus dihargai secara wajar," kata mantan Menko Kesra Haryono Suyono ketika dihubungi Jawa Pos dilampung kemarin (11/11/2008).


Mantan ketua BKKBN itu mengakui, sebagai manusia, Soeharto memiliki salah. Namun dia meminta masyarakat menerapkan falsafah jawa yang dianut Soeharto, mikul duwur mendhem jero (mengghormati jasa, memaafkan kesalahan).
''Ini usaha bagus untuk menghargai sesepuh dan jasa Pak Harto dihargai secara pantas, secara wajar. Saya harapkan PKS mengiklankan Pak Harto dengan maksud positif, bukan agar Pak Harto kembali dicaci-maki," kata mantan menteri asal Pacitan itu.

Sementara itu, pengamat politik Fachry Ali menilai PKS berupaya mengubah citra menjadi partai terbuka dengan mengiklankan sejumlah tokoh nasional dalam memperingati Hari Pahlawan, terutama ketika menyebut mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa. PKS dinilai tengah berubah dari partai kader yang eksklusif dan pilih-pilih kawan menjadi partai yang agresif menyatakan diri sebagai partai terbuka milik semua golongan.

''PKS tengah mengambil peran seakan-akan mereka adalah pewaris sah anak bangsa. Maka, ia merangkum Soekarno, merangkum Soeharto, merangkum Achmad Dahlan, dan Hasyim Asyari. Intinya, nasionalis maupun religius dirangkul semua. Ini mengejutkan karena mereka seakan-akan mengatakan, we are not islamic political movement anymore," kata Fachry setelah bertemu Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres kemarin.

Dia yakin PKS tengah berjudi ketika menonjolkan tokoh-tokoh di luar partai yang sensitif bagi kader PKS sendiri, seperti Soekarno yang nasionalis, Hasyim Asyari yang berasal dari Nahdlatul Ulama, maupun Soeharto yang memiliki citra buruk di kalangan intelektual. Di satu sisi, strategi perluasan pasar itu mungkin akan menarik banyak simpati dari pendukung masing-masing tokoh. Di sisi lain, strategi tersebut rentan menyebabkan kader-kader PKS gerah.

''Mungkin PKS sudah mengikat kader-kadernya sehingga tidak bisa lari ke mana-mana, terutama dengan integritas moral. Saya yakin kader PKS masih akan tetap bertahan sepanjang tidak ada skandal korupsi yang dilakukan kader-kader PKS, baik di eksekutif maupun legislatif. Nyatanya, satu kasus pun tidak ada yang melibatkan kader PKS," tegasnya.

Di sisi lain, Fachry yakin strategi itu akan menarik banyak pendukung masing-masing tokoh untuk mempertimbangkan untuk memilih PKS.(noe)(Jawa Pos - Rabu, 12 November 2008).

Tidak ada komentar: