INILAH.COM, Jakarta - Penurunan harga BBM jangan dipolitisasi sebagai alat kampanye politik menghadapi Pemilu 2009. BBM turun memang sudah seharusnya karena harga minyak dunia juga sudah turun.
"Sudah jelas, bahwa keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM mulai tanggal 15 Januari 2009 itu merupakan hal yang wajar-wajar saja dan ini proses alamiah akibat harga minyak di tingkat dunia sudah menurun cukup lama. Jadi, pengumuman yang dilakukan oleh pemerintah adalah hal yang lumrah harus dinikmati rakyat," kata anggota FPDIP DPR Aria Bima, di Jakarta, Senin (19/1).
Bima menyebutkan, negeri tetangga seperti Malaysia saja, bahkan sudah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM)-nya sampai empat kali, terhitung sejak tidak menentunya harga minyak dunia, sampai dengan kejatuhannya beberapa bulan terakhir ini.
Sebagai bagian dari masyarakat yang sudah cerdas berpolitik, menurut Bima, warga Malaysia menganggap penurunan harga BBM di negerinya sebagai hal biasa, dan sebaliknya, pemerintah tak menggunakan itu sebagai kampanye politik.
Sebaliknya di Indonesia, kata Aria Bima, keputusan menurunkan harga BBM oleh pemerintah kali ini lebih merupakan permainan politik menjelang berlangsungnya Pemilihan Umum (Pemilu) bulan April mendatang.
Anggota Komisi VI DPR RI ini, lebih lanjut mengatakan, memang itu merupakan hak presiden untuk mengumumkan sendiri atau melalui menteri-menterinya, dan ini harus dihormati.
"Adalah hak Presiden untuk memanfaatkan isu ini guna mendongkrak citranya menjelang Pemilu. Tetapi memanfaatkan isu semacam ini menjelang Pemilu justru sia-sia, karena rakyat pada akhirnya tahu, bahwa politik yang ditampilkan adalah politik pencitraan," ujarnya.
Aria Bima lalu mengingatkan publik, seyogianya harga BBM Premium khususnya, tidak turun, tetapi kembali ke harga asalnya saat kabinet sekarang menaikan pada Rp4.500 per liter, dari posisi jauh di bawah itu saat presiden sebelumnya.
"Jadi, dengan harga premium yang kembali ke titik awal sebelum adanya beberapa kali kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu, kami pimpinan Fraksi PDI Perjuangan sesungguhnya masih pesimis kondisi ekonomi bisa kembali pulih dan normal," tandasnya.[*/dil]
Sumber lainnya:
Padahal banyak partai lain yang terlibat dalam penurunan itu, dan yang lebih utama penurunan disebabkan harga minyak dunia yang turun drastis. Ketika naik, pemerintah memberi pernyataan kenaikan karena harga minyak dunia naik, dan pada saat kenaikan itu partai Demokrat mendukung, harusnya saat penurunan partai demokrat bilang juga seperti ini BBM diturunkan tiga kali, karena harga minyak dunia turun drastis.
Partai Demokrat menganggap penurunan harga BBM pertama kali sepanjang sejarah padahal mengutip dari berita di INILAH.com Kamis (22/1) pukul 01:10 dengan judul ‘Penurunan BBM Bukan yang Pertama’, jelas disebutkan adanya penurunan sebelumnya. Dan satu lagi yang tidak pernah disentuh di media, zaman pemerintahan BJ Habibie BBM juga pernah diturunkan walupun cuma beberapa ratus rupiah.
Tapi saat itu jelas penurunan karena kemampuan pemerintah mengelola BBM, tidak ada nuansa politik dan tidak ada penurunan harga minyak dunia secara drastis seperti sekarang ini. Kurs dolar juga di saat itu stabil di Rp 5.000-an dari harga sebelumnya saat krisis moneter mencapai Rp 15.000-an.
Pemerintah Habibie tidak mengembor-gemborkan keberhasilannya. Memang kurangnya Pemerintahan saat itu karena lepasnya Timor-timur dan Habibie sendiri masih di anggap antek Orde Baru, saat itu orang-orang masih alergi dengan Orde Baru.
sumber:
http://inilah.com/berita/politik/2009/01/19/77047/pdip-bbm-turun-jangan-dipolitisir/
http://inilah.com/berita/citizen-journalism/2009/01/24/78460/demokrat-tidak-bisa-dibiarkan/
Senin, 26 Januari 2009
Iklan Demokrat Sesatkan Rakyat Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar