inilah.com, Jakarta - Lahir sebagai 'anak kandung'gerakan dakwah, PKS awalnya mencitrakan diri sebagai parpol Islam yang idealis. Namun salah satu pendirinya, Dr Daud Rasyid, menilai PKS kini telah melenceng dari ideologinya, termasuk dalam soal pendanaan partai. Mengapa?
Faksi Daud Rasyid dikenal sebagai faksi ideologis yang mengambil inspirasi dari Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Diakui tidak, mereka bersenggolan dengan faksi lain seperti kesejahteraan dan keadilan. Daud sempat berpolemik dengan Nurcholish Madjid. Dia dikenal sebagai sosok berhaluan Islam skripturalis yang mengagumi Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Faksi pragmatisme diwakili kubu Anis Matta dan Fachri Hamzah dan kawa-kawan yang sering dijuluki faksi kesejahteraan. Faksi pragmatisme ini gaya hidupnya sudah borjuis.
“Anis Matta hanya memburu duit. Semua elite politik tahu sepak terjangnya berburu uang. Baginya, yang penting uang. Anis Matta dituding terlalu pragmatis dan oportunis. Dia sudah melenceng dari khitah PKS. Kini PKS keropos karena para elitenya tergoda uang. Saya tak bisa membayangkan apa jadinya," kata Umar Hamdani, aktivis muda PKS, yang juga Direktur Lingkar Studi Islam dan Kultur (LSIK), Ciputat.
Sedangkan faksi idealis lebih akrab disebut faksi keadilan (Abu Ridho dan kawan-kawan). Adapun faksi tengah bergelayut di kubu Ustad Hilmi Aminudin.
Tapi, semua itu kini memasuki politik kegamangan. “Mereka gamang karena tergoda uang. Dan Daud Rasyid tahu semua itu sehingga saya dengar memilih mundur dari PKS,” kata Umar, peneliti PSIK Universitas Paramadina.
Umar tak berhenti melancarkan otokritik karena PKS masa depan bisa hancur oleh kelakuan dan tabiat buruk dari faksi pragmatis yang merusak kubu idealis.
Sejauh ini, PKS terus mengupayakan capres dari dalam partainya sendiri. Mereka yakin akan meraih kenaikan suara dalam Pemilu 2009. Sudah ada delapan calon pemimpin nasional yang diusung PKS dan serius mempersiapkan diri. Mereka diminta memperbaiki kemampuan dengan diskusi intensif masalah ekonomi nasional dan global.
Di antara para capres PKS itu terdapat nama Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring. Keduanya mantan dan presiden PKS. Selain itu, ada pula Anis Matta, Irwan Prayitno, Suharna Surapranata, Sohibul Iman, Surahman Hidayat, serta Salim Segaf Aldjufri, Dubes RI di Arab Saudi.
Dengan mundurnya Daud Rasyid, PKS masih memiliki kader idealis, meski kian menipis. PKS menyadari bahwa kepemimpinan mendatang memerlukan figur yang kuat dan mampu menghadapi tantangan global. “Insya Allah, PKS siap jika rakyat memilih pemimpin muda di pilpres 2009. Karena kebijakan ekonomi yang akan kita gulirkan prorakyat,” kata Anis Matta.
Angkatan muda yang diusung PKS mungkin tak menyadari bahwa krisis kredibilitas sedang mengancam kepemimpinan DPP PKS dewasa ini. [I4]-Ahluwalia
Rabu, 10 Desember 2008
Siapa Bilang PKS ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Wallahu A'lam bisshawab, yang jelas, kami kader PKS masih siap bekerja dengan ikhlas tanpa embel-embel penghargaan apapun kecuali ridha Allah. Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Kalau mau maju, janganlah memfitnah orang lain.
Selamat bekerja PMB, selamat bekerja PKS. Sejarah akan membuktikan jati diri PKS dan jati diri kader-kadernya. Sejarah akan membuktikan jati diri PMB dan jati diri kader-kadernya.
Tidak perlu melihat kelemahan dan kesalahan pihak lain. Karena kesalahan dan kelemahan orang lain bukan kita yang mempertanggung jawabkannya.
Lebih baik mengevaluasi diri sendiri, sehingga kita bisa melakukan perbaikan, dari pada menghujat kesalahan pihak lain.
Sdr Umar Hamdani boleh menyebut diri sebagai kader muda PKS. Tapi dari cara-caranya berkomentar 100% saya sangsi.
Posting Komentar